Rabu, 11 Desember 2013

Makalah Teori Pembelajaran



TUGAS
STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA
TEORI-TEORI BELAJAR

Diajukan sebagai salah  satu tugas wajib pada mata kuliah
Strategi Pembelajaran Fisika

Oleh :
Afri Yeni, S.Pd.I
1304178


Dosen pembimbing:
Prof.Dr. Festiyed, MS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013


KATA PENGANTAR

            Syukur Alhamdulillah kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah melimpahkan berkah,rahmat,dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “ TEORI-TEORI BELAJAR “  ini untuk memenuhi tugas pribadi pada mata kuliah Strategi Pembelajaran Fisika.
            Kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan Makalah ini sehingga dapat selesai pada waktunya.
            Dalam penyusunan  Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kritik dan saran kami harapkan untuk membantu dalam perbaikan. Semoga Makalah ini berguna bagi pembaca.







                                                                                                Padang, September 2013


Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latarbelakang Masalah
Perkembangan ilmu psikologi berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di Indonesia. Berbagai macam landasan pada psikologi ini menunjang pembelajaran, menjadikan peserta didik merasa menyenangkan ketika di dalam kelas dan materi pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Tercapainya tujuan atau kompetensi yang menunjukan peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut pendidik dihaharapkan mampu mengembangakan penyampaian materi belajar dengan baik.
Adanya teori – teori pembelajaran menjadikan bekal sebagai arahan pada pendidik dalam menjalani proses belajar mengajar dengan karakter siswa yang beraneka ragam, unik dan berbagai ciri. Teori belajar merupakan suatu usaha yang mendeskripsikan bagaimana manusia belajar. Dengan adanya pemberian pengetahuan tentang teori-teori pembelajarn kepada pendidik, maka pendidik akan lebih terbantu dan terarahkan dalam menyampaiakan ilmunya kepada peserta didik yang memiliki keragaman aspek dalam segala hal.

B.     Rumusan Masalah
Dari latarbelakang masalah di atas, adapun rumusan masalah yang dapat diambil adalah :
1.                  Bagaimana konsep pembelajaran menurut aliran kognitifistik ?
2.                  Bagaimana konsep pembelajaran menurut aliran behavioristik?
3.                  Bagaimana konsep pembelajaran menurut aliran sibernetik ?
4.                  Bagaimana konsep pembelajaran menurut aliran informatik ?
5.                  Bagaimana aplikasi teori-teori tersebut dalam pembelajaran?

C.    Tujuan Penulisan
1.                  Untuk mengetahui konsep pembelajaran menurut aliran kognitifistik
2.                  Untuk mengetahui konsep pembelajaran menurut aliran behavioristik
3.                  Untuk mengetahui konsep pembelajaran menurut aliran sibernetik
4.                  Untuk mengetahui konsep pembelajaran menurut aliran informatik
5.                  Untuk mengetahui aplikasinya dalam pembelajaran



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Pembelajaran Menurut Aliran Behavioristik
Menurut aliran ini, pembelajaran adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan dengan lingkungan dengan tingkah laku pembelajar.  Teori belajar behaviorisme lebih berorientasi pada “hasil yang dapat diamati, dianalisis, dan diuji secara objektif. Aliran ini sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behaviorisme adalah terbentuknya perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapt penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendaptka penghargaan negative. Dalam teori guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik sendiri maupun melaui simulasi.
Teori-teori dalam behavioristik bersifat molecular karena memandang kehidupan insividu terdiri atas unsure-unsur seperti halnya molekul. Ada beberapa cirri dari teori ini yaitu :
a.       Mengutamakan unsure-unsur atau bagian-bagian kecil
b.      Bersifat mekanistis
c.       Menekankan peranan lingkungan
d.      Mementingkan pembentukan reaksi dan respon
e.       Menekankan pentingnya latihan
Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain  dari suatu hubungan
     Beberapa Beberapa prinsip dalam teori belajar behaviristik meliputi (Gage, Berliner, 1984):
1.      Reinforcement and Punishment;
Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat
Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara; Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;
2.      Primary and Secondary Reinforcement;
3.      Schedules of Reinforcement
4.      Contingency Management;
5.      Stimulus Control in Operant Learning;
6.      The Elimination of Responses.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini adalah Thorndike, Watson, Hull, Edwin Guthrie dan Skinner. Teori belajar Skinner akan dijelaskan pada bagian yang khusus yaitu teori belajar proses (Rahyubi, Heri, 2012)
a.         Watson
Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon .  Stimulus dan respon tersebut berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. dengan kata lain Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui karena faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar telah terjadi atau belum
b.        Thorndike 
Menurutnya jika suatu tindakan diikuti oleh suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan bahwa tindakan itu diulangi dalam situasi-situasi yang mirip akan meningkat. Tetapi, bila suatu perilaku didikuti oleh suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan perilaku itu untuk diulangi akan menurun. Belajar adalah proses interaksi antara stimulu dan respon. Menurut Thorndike perubahan tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat diamati atau yang tidak dapat diamati
c.         Clark leeonard Hull
Menurutnya tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup.  Oleh karena itu kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi sentral.  Menurut Hull kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan, stimulus hampir selalu dikaitan dengan kebutuhan biologis.
d.        Edwin Ray Guthrie
belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus dan respon tertentu.  Stimulus dan respon merupakan faktor kritis dalam belajar.  Oleh karena itu diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan lebih langgeng.  Suatu respon akan lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan) apabila respon tersebut berhubungan dengan berbagai stimulus.  Guthrie mengemukakan bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan seseorang.  Ia juga berpendapat bahwa jika sesorang ingin sukses dalam belajar ia sebaiknya latihan di tempat yang situasinya sama dengan tempat ia akan di tes nanti.

B.     Konsep Pembelajaran Menurut Aliran Kognitifistik
Teori belajar kognitifisme muncul dan berkembang sebagai protes terhadap teori behaviristik (perilaku) yang telah berkembang sebelumnya. Teori belajar kognitvisme  memiliki perspektif bahwa peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upaya mengorganisir, menyimpan, dan menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Teori belajar kognitivistik memberikan kontribusi unsure kognitif tatau mental dalam proses belajar dan pembelajaran.
Menuru teori belajar kognitif pada dasarnya setiap orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahamannya atas dirinya sendiri. Setiap orang memiliki kepercayaan, ide-ide dan prinsip yang dipilih untuk kepentingan dirinya.
Teori kognitif berasal dari teori kognitif dan teori psikologi. Aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secara sadar. Sedangkan aspek psikologis membahas masalah hubungan atau interaksi antara orang dan lingkungan psikologisnya secara bersamaan. Psikologi kognitif menekankan pada penting proses internal atau proses-proses mental. Secara umum, proses-proses kognitif meliputi lima hal yang penting yaitu :
a.                   Persepsi
b.                  Perhatian
c.                   Ingatan
d.                  Bahasa
e.                   Berpikir
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia, yaitu (Rahyubi, Heri, 2012):
1.         Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
2.         Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.
3.         Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
4.        Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke tahap berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan

C.     Konsep Pembelajaran Menurut Aliran Sibernetik
Teori sibernetik sendiri adalah teori belajar yang mengutamakan proses informasi. Teori sibernetik mempunyai persamaan dengan teori kognitif, yaitu lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Hanya saja sistem informasi yang akan dipelajari siswa lebih dipentingkan.
Menurut teori sibernetik tidak ada cara belajar yang sempurna untuk segala kondisi karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Ada tiga tahap roses pengolahan informasi dalam ingatan, yakni dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval).
Komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya "lupa". Ketiga komponen tersebut adalah (Rahyubi, Heri,2012):
a.    Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk as-linya, bertahan dalam waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti
b.     Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu. Karakteristik WM adalah memi-liki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam ben-tuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi ka-pasitas disamping melakukan pengulangan.
c.    Long Term Memory (LTM) diasumsikan;
1.      Berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki individu,
2.      Mempunyai kapasitas tidak terbatas,
3.      Sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah ter-hapus atau hilang. Persoalan lupa pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diper-lukan.
Teori sibernetik mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses in-ternal yang mencakup beberapa tahapan. Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah
a.       Menarikperhatian
b.      Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa
c.       Merangsang ingatan pada pra syarat belajar
d.      Menyajikan bahan peransang
e.       Memberikan bimbingan belajar
f.       Mendorong unjuk kerja
g.      Memberikan balikan informative
h.      Menilai unjuk kerja
i.        Meningkatkan retensi dan alih belajar

D.    Konsep Pembelajaran Menurut Aliran Informatik
Teori pembelajaran informatik adalah bagian dari teori sibernetik. Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi diterima, disandi, di simpan dan dimunculkan kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah dikembangkan sejumlah teori dan model pemprosesan informasi oleh para pakar seperti Biehler (1986), Baine (1986), dan Tennyson (1989). Teori tersebut umumnya berpijak pada tiga asumsi yaitu :
a.       Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemprosesan informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
b.      Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya.
Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas terbatas
Penyajian pengetahuan menurut Gagne terdiri atas yaitu(Wilis Dahar, Ratna, 1988) :
1.      Proposisi dapat di samakan dengan gagasan
2.      Produksi adalah aturan-aturan kondisi aksi. Aritnya produksi memprogram terjadinya aksi-aksi tertentu pada kondisi-kondisi tetentu
3.      Gambaran mental berarti suatu penyajian non verbal dari suatu objek konktrit atau kejadian
Hal-hal yang mencirikan teori ini adalah:
1)      Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
2)      Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
3)      Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
4)      Adanya ketearahanseluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin di capai.
5)      Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6)      Kontrol belajar memungkinkan siswa belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.
Balikan informative memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.



PERBANDINGAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, KOGNITIFISTIK, SIBERNETIK DAN INFORMATIK
BEHAVIORISTIK
KOGNITIFISTIK
SIBERNETIK
INFORMATIK
1.      Menekankan terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar

2.      Mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif

3.      Pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau hukuman.

4.      Tujuan pembelajarannya ditekankan pada penambahan pengetahuan

5.      Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks.

6.      Evaluasi menuntut satu jawaban benar dan menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual.

1.   Merupakan aktifitas belajar yang berkaitan penataan informasi, reorganisasi persepsual dan proses internal.

2.   Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi,  dan tujuan pembelajaran tidak lagi mekanistik

3.   Keterlibatan siswa secara aktif

4.   Siswa bukan orang dewasa yang muda dalam proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif bertahap.

5.   Mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan stuktur kognitif yang telah dimiliki siswa.


6.   Materi pelajaran disusun dengan menggunaka pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks

7.   Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal.

8.   Adanya perbedaan individual pada diri siswa
1.      Mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu.

2.      Mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar.

3.      Menggunakan symbol untuk berinteraksi dengan lingkungan

4.      Mengidentifikasi contoh-contoh kongkrit.

5.      Mengklasifikasi contoh-contoh dengan dengan menggunakan ungkapan verbal atau definisi.

6.      Menunjukkan aplikasi suatu kaidah.

7.      Mengembangkan kaidah untuk memecahkan masalah.


8.      Mengembangkan cara-cara baru untuk memecahkan masalah. Menggunakan berbagai cara untuk mengontrol proses belajar atau berfikir.

9.      Memilih berprilaku dengan cara tertentu.
1.      Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.

2.   Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomi


3.   Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.

4.   Adanya ketearahanseluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin di capai.

5.   Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.


6.   Kontrol belajar memungkinkan siswa belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.

7.   Balikan informative memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.




BAB III

IMPLEMENTASI DALAM PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN PENILAIAN PADA PEMBELAJARAN FISIKA

Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik karena lebih menekankan pada system informasi yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung sangat ditentukan oleh system informasi tersebut. Selain itu teori ini tidak membahas proses belajar secara langsung sehingga hal ini menyulitkan penerapannya. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah informasi yang akan dipelajari, pemikir, dan pencipta. Sehingga diasumsikan manusia mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi
Seorang pendidik berpikir tentang informasi apa yang harus dimiliki oleh peserta didiknya, maka pada saat itu juga pendidik semestinya berpikir pengalaman belajar yang bagaimana yang harus didesain agar tujuan dan kompetensi itu  dapat diperoleh setiap peserta didik.
Maka bagi para pendidik di sekolah, sudah waktunya memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kebutuhan ini dibungkus dengan sebaik-baik penyajian, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memberi pengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Dan bagi para tenaga kependidikan, terkhusus bagi kepala sekolah dan para pengawas, sudah waktunya untuk tidak terlalu memaksakan para pendidik dalam pencapaian target kurikulum, tetapi lebih mengutamakan pada pengelolaan proses pembelajaran dan mengevaluasi setiap target setiap pertemuan.




BAB IV
KESIMPULAN

Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Namun teori belajar ini tidak-lah semudah yang dikira, dalam prosesnya teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana yang dapat menunjang, seperti : lingkungan siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan tingkat kecerdasan siswa. Semua unsure  ini dapat dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu model teori belajar yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan dari teori belajar ini sama dengan tujuan pendidikan.
Teori-teori pembelajaran yang telah dijelaskan saling berhubungan satu sama lain dalam proses pembelajaran dan pelaksanaanya dalam pembelajaran meupakan aplikasi yang kompleks dari teori-teori tersebut. Walaupun tampak pengelompokan-pengelompokan teori belajar, pada pelaksanaanya tidak dapat berdiri sendiri.







DAFTAR PUSTAKA

Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Second Edition, Chicago: Rand Mc. Nally
Rahyubi, Heri, 2012, Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Majalengka : Nusa Media
Willis Ratna, Dahar, 1988, Teori-Teori Belajar, Bandung : Depdibud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi