TUGAS
STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA
TEORI-TEORI BELAJAR
Diajukan sebagai salah satu tugas wajib pada mata kuliah
Strategi
Pembelajaran Fisika
Oleh :
Afri Yeni, S.Pd.I
1304178
Dosen pembimbing:
Prof.Dr. Festiyed, MS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah melimpahkan
berkah,rahmat,dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “ TEORI-TEORI BELAJAR “ ini untuk memenuhi tugas pribadi pada
mata kuliah Strategi Pembelajaran Fisika.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan
Makalah ini sehingga dapat selesai pada waktunya.
Dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kritik dan
saran kami harapkan untuk membantu dalam perbaikan. Semoga Makalah ini berguna
bagi pembaca.
Padang,
September 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latarbelakang
Masalah
Perkembangan
ilmu psikologi berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya di Indonesia. Berbagai macam landasan pada psikologi ini menunjang
pembelajaran, menjadikan peserta didik merasa menyenangkan ketika di dalam
kelas dan materi pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Tercapainya
tujuan atau kompetensi yang menunjukan peningkatan kualitas dan kuantitas
pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut pendidik dihaharapkan mampu
mengembangakan penyampaian materi belajar dengan baik.
Adanya teori –
teori pembelajaran menjadikan bekal sebagai arahan pada pendidik dalam
menjalani proses belajar mengajar dengan karakter siswa yang beraneka ragam,
unik dan berbagai ciri. Teori belajar merupakan suatu usaha yang
mendeskripsikan bagaimana manusia belajar. Dengan adanya pemberian pengetahuan
tentang teori-teori pembelajarn kepada pendidik, maka pendidik akan lebih
terbantu dan terarahkan dalam menyampaiakan ilmunya kepada peserta didik yang
memiliki keragaman aspek dalam segala hal.
B.
Rumusan Masalah
Dari
latarbelakang masalah di atas, adapun rumusan masalah yang dapat diambil adalah
:
1.
Bagaimana
konsep pembelajaran menurut aliran kognitifistik ?
2.
Bagaimana
konsep pembelajaran menurut aliran behavioristik?
3.
Bagaimana
konsep pembelajaran menurut aliran sibernetik ?
4.
Bagaimana
konsep pembelajaran menurut aliran informatik ?
5.
Bagaimana
aplikasi teori-teori tersebut dalam pembelajaran?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui konsep pembelajaran menurut aliran kognitifistik
2.
Untuk
mengetahui konsep pembelajaran menurut aliran behavioristik
3.
Untuk
mengetahui konsep pembelajaran menurut aliran sibernetik
4.
Untuk
mengetahui konsep pembelajaran menurut aliran informatik
5.
Untuk
mengetahui aplikasinya dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Pembelajaran Menurut Aliran Behavioristik
Menurut
aliran ini, pembelajaran adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan
dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan dengan lingkungan dengan
tingkah laku pembelajar. Teori belajar
behaviorisme lebih berorientasi pada “hasil yang dapat diamati, dianalisis, dan
diuji secara objektif. Aliran ini sangat menekankan perilaku atau tingkah laku
yang dapat diamati dan diukur. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori
behaviorisme adalah terbentuknya perilaku yang diinginkan. Perilaku yang
diinginkan mendapt penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendaptka
penghargaan negative. Dalam teori guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi
instruksi singkat yang diikuti contoh baik sendiri maupun melaui simulasi.
Teori-teori
dalam behavioristik bersifat molecular karena memandang kehidupan insividu
terdiri atas unsure-unsur seperti halnya molekul. Ada beberapa cirri dari teori
ini yaitu :
a.
Mengutamakan
unsure-unsur atau bagian-bagian kecil
b.
Bersifat
mekanistis
c.
Menekankan
peranan lingkungan
d.
Mementingkan
pembentukan reaksi dan respon
e.
Menekankan
pentingnya latihan
Menurut teori
ini tingkah laku manusia tidak lain dari
suatu hubungan
Beberapa Beberapa prinsip dalam teori
belajar behaviristik meliputi (Gage, Berliner, 1984):
1.
Reinforcement
and Punishment;
Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon
akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative
reinforcement) maka respon juga semakin kuat
Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat
sementara; Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian
dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;
2.
Primary and
Secondary Reinforcement;
3.
Schedules of
Reinforcement
4.
Contingency
Management;
5.
Stimulus
Control in Operant Learning;
6.
The Elimination
of Responses.
Menurut
teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus
dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena
itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh
pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi
atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Para
ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini adalah Thorndike, Watson, Hull, Edwin Guthrie dan Skinner. Teori belajar Skinner akan dijelaskan
pada bagian yang khusus yaitu teori belajar proses (Rahyubi, Heri, 2012)
a.
Watson
Belajar adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon . Stimulus dan
respon tersebut berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. dengan kata lain
Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar
dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui karena
faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar telah
terjadi atau belum
b.
Thorndike
Menurutnya jika suatu tindakan diikuti oleh suatu perubahan yang
memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan bahwa tindakan itu diulangi dalam
situasi-situasi yang mirip akan meningkat. Tetapi, bila suatu perilaku didikuti
oleh suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan
perilaku itu untuk diulangi akan menurun. Belajar
adalah proses interaksi antara stimulu dan respon. Menurut Thorndike perubahan tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat
diamati atau yang tidak dapat diamati
c.
Clark leeonard Hull
Menurutnya tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga
kelangsungan hidup. Oleh karena itu
kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi
sentral. Menurut Hull kebutuhan
dikonsepkan sebagai dorongan, stimulus hampir selalu dikaitan dengan kebutuhan
biologis.
d.
Edwin Ray Guthrie
belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus dan respon
tertentu. Stimulus dan respon merupakan
faktor kritis dalam belajar. Oleh karena
itu diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan lebih langgeng. Suatu respon akan lebih kuat (dan bahkan
menjadi kebiasaan) apabila respon tersebut berhubungan dengan berbagai
stimulus. Guthrie mengemukakan
bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Menurutnya suatu
hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan
seseorang. Ia juga berpendapat bahwa
jika sesorang ingin sukses dalam belajar ia sebaiknya latihan di tempat yang
situasinya sama dengan tempat ia akan di tes nanti.
B.
Konsep
Pembelajaran Menurut Aliran Kognitifistik
Teori
belajar kognitifisme muncul dan berkembang sebagai protes terhadap teori
behaviristik (perilaku) yang telah berkembang sebelumnya. Teori belajar
kognitvisme memiliki perspektif bahwa
peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upaya mengorganisir,
menyimpan, dan menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang telah ada. Teori belajar kognitivistik memberikan kontribusi
unsure kognitif tatau mental dalam proses belajar dan pembelajaran.
Menuru
teori belajar kognitif pada dasarnya setiap orang dalam bertingkah laku dan
mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat
perkembangan dan pemahamannya atas dirinya sendiri. Setiap orang memiliki
kepercayaan, ide-ide dan prinsip yang dipilih untuk kepentingan dirinya.
Teori
kognitif berasal dari teori kognitif dan teori psikologi. Aspek kognitif
mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai dirinya dan
lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secara sadar.
Sedangkan aspek psikologis membahas masalah hubungan atau interaksi antara
orang dan lingkungan psikologisnya secara bersamaan. Psikologi kognitif
menekankan pada penting proses internal atau proses-proses mental. Secara umum,
proses-proses kognitif meliputi lima hal yang penting yaitu :
a.
Persepsi
b.
Perhatian
c.
Ingatan
d.
Bahasa
e.
Berpikir
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses
yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan
penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin
bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu
menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada.
Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan
informasi baru. Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui
empat tahap dalam memahami dunia, yaitu (Rahyubi,
Heri, 2012):
1.
Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun,
merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai
oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan
mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui
gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
2.
Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun,
merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan
kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan
intuitif.
3.
Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11
tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan
penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat
diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
4.
Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun,
merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu
melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak
dan lebih logis.
Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa
berpindah ke tahap berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap
umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu
karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan
C.
Konsep
Pembelajaran Menurut Aliran Sibernetik
Teori
sibernetik sendiri adalah teori belajar yang mengutamakan proses informasi.
Teori sibernetik mempunyai persamaan dengan teori kognitif, yaitu lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Hanya saja
sistem informasi yang akan dipelajari siswa lebih dipentingkan.
Menurut
teori sibernetik tidak ada cara belajar yang sempurna untuk segala kondisi
karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Ada tiga tahap
roses pengolahan informasi dalam ingatan, yakni dimulai dari proses penyandian
informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan
diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan
dalam ingatan (retrieval).
Komponen
pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk
informasi, serta proses terjadinya "lupa". Ketiga komponen tersebut
adalah (Rahyubi, Heri,2012):
a.
Sensory
Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.
Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk as-linya, bertahan dalam waktu
sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti
b.
Working Memory (WM) diasumsikan mampu
menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu. Karakteristik WM
adalah memi-liki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan kurang
lebih 15 detik tanpa pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam ben-tuk
yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam
WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi ka-pasitas disamping melakukan
pengulangan.
c.
Long Term
Memory (LTM) diasumsikan;
1.
Berisi semua
pengetahuan yang telah dimiliki individu,
2.
Mempunyai kapasitas
tidak terbatas,
3.
Sekali informasi
disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah ter-hapus atau hilang. Persoalan
lupa pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan
kembali informasi yang diper-lukan.
Teori
sibernetik mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses in-ternal yang
mencakup beberapa tahapan. Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran
sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal
dalam kegiatan belajar adalah
a.
Menarikperhatian
b.
Memberitahukan
tujuan pembelajaran kepada siswa
c.
Merangsang
ingatan pada pra syarat belajar
d.
Menyajikan
bahan peransang
e.
Memberikan
bimbingan belajar
f.
Mendorong unjuk
kerja
g.
Memberikan
balikan informative
h.
Menilai unjuk
kerja
i.
Meningkatkan
retensi dan alih belajar
D.
Konsep
Pembelajaran Menurut Aliran Informatik
Teori
pembelajaran informatik adalah bagian dari teori sibernetik. Dalam upaya
menjelaskan bagaimana suatu informasi diterima, disandi, di simpan dan
dimunculkan kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah
dikembangkan sejumlah teori dan model pemprosesan informasi oleh para pakar
seperti Biehler (1986), Baine (1986), dan Tennyson (1989). Teori tersebut
umumnya berpijak pada tiga asumsi yaitu :
a.
Bahwa antara stimulus dan respon
terdapat suatu seri tahapan pemprosesan informasi dimana pada masing-masing
tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
b.
Stimulus yang diproses melalui
tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya.
Salah
satu dari tahapan mempunyai kapasitas terbatas
Penyajian
pengetahuan menurut Gagne terdiri atas yaitu(Wilis Dahar, Ratna, 1988) :
1.
Proposisi dapat
di samakan dengan gagasan
2.
Produksi adalah
aturan-aturan kondisi aksi. Aritnya produksi memprogram terjadinya aksi-aksi
tertentu pada kondisi-kondisi tetentu
3.
Gambaran mental
berarti suatu penyajian non verbal dari suatu objek konktrit atau kejadian
Hal-hal yang mencirikan teori ini adalah:
1)
Cara berfikir
yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
2)
Penyajian
pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
3)
Kapabilitas
belajar dapat disajikan lebih lengkap.
4)
Adanya
ketearahanseluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin di capai.
5)
Adanya transfer
belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6)
Kontrol belajar
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.
Balikan informative memberikan rambu-rambu yang jelas tentang
tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang
diharapkan.
PERBANDINGAN
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, KOGNITIFISTIK, SIBERNETIK DAN INFORMATIK
BEHAVIORISTIK
|
KOGNITIFISTIK
|
SIBERNETIK
|
INFORMATIK
|
1.
Menekankan terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar
2.
Mendudukan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif
3.
Pembentukan perilaku dengan cara
drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau hukuman.
4.
Tujuan pembelajarannya ditekankan
pada penambahan pengetahuan
5.
Pembelajaran mengikuti urutan
kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan
pada buku teks.
6.
Evaluasi menuntut satu jawaban
benar dan menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual.
|
1.
Merupakan aktifitas belajar yang
berkaitan penataan informasi, reorganisasi persepsual dan proses internal.
2.
Dalam merumuskan tujuan
pembelajaran, mengembangkan strategi,
dan tujuan pembelajaran tidak lagi mekanistik
3.
Keterlibatan siswa secara aktif
4.
Siswa bukan orang dewasa yang muda
dalam proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif bertahap.
5.
Mengkaitkan pengalaman atau
informasi baru dengan stuktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
6.
Materi pelajaran disusun dengan
menggunaka pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks
7.
Belajar memahami akan lebih
bermakna daripada belajar menghafal.
8.
Adanya perbedaan individual pada
diri siswa
|
1.
Mengemukakan bahwa belajar adalah
proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan
perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu.
2.
Mementingkan proses belajar dari
pada hasil belajar.
3.
Menggunakan symbol untuk berinteraksi
dengan lingkungan
4.
Mengidentifikasi contoh-contoh
kongkrit.
5.
Mengklasifikasi contoh-contoh
dengan dengan menggunakan ungkapan verbal atau definisi.
6.
Menunjukkan aplikasi suatu kaidah.
7.
Mengembangkan kaidah untuk
memecahkan masalah.
8.
Mengembangkan cara-cara baru untuk
memecahkan masalah. Menggunakan berbagai cara untuk mengontrol proses belajar
atau berfikir.
9.
Memilih berprilaku dengan cara
tertentu.
|
1.
Cara berfikir yang berorientasi
pada proses lebih menonjol.
2.
Penyajian pengetahuan memenuhi
aspek ekonomi
3.
Kapabilitas belajar dapat
disajikan lebih lengkap.
4.
Adanya ketearahanseluruh kegiatan
belajar kepada tujuan yang ingin di capai.
5.
Adanya transfer belajar pada
lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6.
Kontrol belajar memungkinkan siswa
belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.
7.
Balikan informative memberikan
rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai
dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
|
BAB III
IMPLEMENTASI DALAM PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN PENILAIAN PADA
PEMBELAJARAN FISIKA
Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran Aliran psikologi
belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung
dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,
karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang
bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan
telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke
orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk
menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat
dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir
seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan
yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang
harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai
objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh
karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan
menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus
dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar
pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga
hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran
dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk
berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena
sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan
stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.
Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang
ada pada diri mereka.
Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik karena lebih
menekankan pada system informasi yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana proses
belajar berlangsung sangat ditentukan oleh system informasi tersebut. Selain
itu teori ini tidak membahas proses belajar secara langsung sehingga hal ini
menyulitkan penerapannya. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah
informasi yang akan dipelajari, pemikir, dan pencipta. Sehingga diasumsikan
manusia mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi
Seorang
pendidik berpikir tentang informasi apa yang harus dimiliki oleh peserta
didiknya, maka pada saat itu juga pendidik semestinya berpikir pengalaman
belajar yang bagaimana yang harus didesain agar tujuan dan kompetensi itu dapat diperoleh setiap peserta didik.
Maka
bagi para pendidik di sekolah, sudah waktunya memberikan pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Kebutuhan ini dibungkus dengan sebaik-baik
penyajian, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memberi pengaruh
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Dan bagi para tenaga kependidikan,
terkhusus bagi kepala sekolah dan para pengawas, sudah waktunya untuk tidak
terlalu memaksakan para pendidik dalam pencapaian target kurikulum, tetapi
lebih mengutamakan pada pengelolaan proses pembelajaran dan mengevaluasi setiap
target setiap pertemuan.
BAB
IV
KESIMPULAN
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat
tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar
kelas. Namun teori belajar ini tidak-lah semudah yang dikira, dalam prosesnya
teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana yang dapat menunjang,
seperti : lingkungan siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan tingkat
kecerdasan siswa. Semua unsure ini dapat
dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu model teori belajar yang dianggap
cocok, tidak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan dari teori
belajar ini sama dengan tujuan pendidikan.
Teori-teori
pembelajaran yang telah dijelaskan saling berhubungan satu sama lain dalam
proses pembelajaran dan pelaksanaanya dalam pembelajaran meupakan aplikasi yang
kompleks dari teori-teori tersebut. Walaupun tampak pengelompokan-pengelompokan
teori belajar, pada pelaksanaanya tidak dapat berdiri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational
Psychology. Second Edition, Chicago: Rand Mc. Nally
Rahyubi, Heri, 2012, Teori-teori Belajar dan
Aplikasi Pembelajaran Motorik, Majalengka : Nusa Media
Willis Ratna, Dahar, 1988, Teori-Teori
Belajar, Bandung : Depdibud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
http://ichalramdhan92.blogspot.com/2012/11/rangkuman-teori-teori-belajar-dan.html
diakses tangal 10 September 2013
http://biologi-lestari.blogspot.com/2013/03/teori-teori-belajar-dan-pembelajaran.html
diakses tangal 10 sempetmber 2013